Kamis, 25 Oktober 2012

Dengan Sucipir MTSN LUBUK PAKAM “BANTU IBU MENCUCI PIRING”


Praktek pembuatan sabun cuci di sekolah atau madrasah bukanlah hal baru, hampir semua sekolah pernah mendemonstrasikannya dalam rangka pembelajaran IPA. Sayangnya setelah praktek pembuatan sabun tersebut acap kali para siswa tidak didukung untuk menjadikan hasil pembelajaran tersebut sebagai upaya solusi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kenyataan ini mengundang pemikiran para guru IPA di MTSN Lubuk Pakam untuk mengkombinasikan kegiatan pembelajaran sekolah dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari di rumah tangga dengan pembuatan sabun cuci secara berkelanjutan yang hasilnya dibawa pulang dan dipakai rutin di rumah masing-masing, bahkan hasilnya juga dijual kepada sesama siswa yang sebagian keuntungannya disumbangkan untuk menambah koleksi alat-alat laboratorium IPA.
Seperti lirik lagu: “Bantu ibu mencuci piring, menjaga adik, sapu halaman...”, muncullah program kegiatan terbaru dan unik di MTSN Lubuk Pakam bernama : “Dengan Sucipir MTSN Lubuk Pakam  Bantu Ibu Mencuci Piring”. Sucipir adalah singkatan dari “sabun cuci piring” yang merupakan ide kreatif para guru IPA dalam pemberian nama program ini. Hebatnya lagi, kegiatan ini telah berlangsung sejak 5 tahun silam dengan hasil rata-rata sedikitnya 45 liter perkelas setiap praktek per tahun. Khusus pada tahun 2012 ini para siswa di laboratorium IPA telah menghasilkan 360 liter sucipir yang dikemas ke dalam 720 botol air minum kemasan bekas dan sebagiannya sudah dipasarkan di kalangan warga MTSN Lubuk Pakam. Dengan perbandingan Biaya pembuatan sekitar Rp 2.500,- untuk tiap liter dengan harga produk bermerek di pasaran sekitar Rp 8.000,- per liter, program sucipir MTSN telah menghemat biaya belanja keluarga sebesar Rp 5.000,- setiap liter.
Kegiatan ini diawali dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA yang terdiri dari Ibu Lelis Sriwati S.Pd. sebagai guru Fisika dan Ketua MGMP IPA, Ibu Terkelin Sembiring, S.Pd. sebagai guru Biologi, Ibu Ratna Fadhilah, S.Pd. sebagai guru Biologi, Ibu Santi Ariana, S.Pd. sebagai guru Fisika dan IPS sekaligus Kepala Lab. IPA, dan Ibu Sabariah, S.Pd. sebagai guru Fisika dan sekaligus guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). mereka menganalisis kurikulum dan materi pelajaran yang relevan dan saling berkaitan untuk kegiatan pembelajaran ini dan menemukan bahwa materi ion, molekul, unsur, dan senyawa pada pelajaran Fisika SMP/MTS dapat dikombinasikan dengan materi bahan kimia dalam RT pada pelajaran Biologi kelas VIII. MGMP ini merupakan kegiatan guru-guru mata pelajaran serumpun yang biasa rutin dilaksanakan sebulan sekali.
Sesuai hasil MGMP guru-guru IPA, sebelum demonstrasi, para siswa terlebih dahulu menerima materi pelajaran di kelas oleh guru mata pelajaran pada jam pelajaran masing-masing sesuai rentang waktu yang disepakati. Setelah para siswa memahami masing-masing materi tersebut, pada puncaknya mereka diarahkan untuk mengkombinasikan materi-materi pelajaran tersebut dan diberi tugas secara berkelompok untuk mendemonstrasikan pembuatan sabun cuci piring dan melakukan analisis pasar dan dampak lingkungan (pencemaran) yang mungkin diakibatkannya. Mereka diminta menyiapkan bahan-bahan berupa Texa 1 kg, NaCl 1 kg, Sls 0.5 kg, Pewarna Textil 10 gr, dan pewangi 5 ml untuk bisa menghasilkan 15 liter sucipir bagi tiap-tiap kelompok. Para siswa juga diminta menganalisis kebutuhan sabun cuci piring di rumah tangga dan besar biaya yang dibutuhkan untuk membelinya di pasar dan dibandingkan dengan besar biaya yang dibutuhkan jika sabun cuci piring tersebut dibuat sendiri. Mereka juga diminta menyiapkan botol-botol air mineral bekas sebagai wadah sucipir, sedangkan alat-alat praktek dapat menggunakan alat-alat yang tersedia di laboratorium IPA.
Menurut pengakuan Ibu Dra. Mismah selaku Kepala Madrasah: “Pembelajaran kombinatif seperti ini sangat relevan dengan program Pemerintah dalam pembelajaran berkarakter dimana siswa dibimbing untuk menerapkan ilmunya dengan turut membantu orang tua dalam penghematan pengeluaran keluarga melalui pembuatan sucipir yang lebih ekonomis sekaligus peduli dengan lingkungan dengan memanfaatkan barang-barang bekas.” Beliau juga mengatakan bahwa siswa menjadi lebih kreatif, ekonomis dan berjiwa sosial karena selain mengkonsumsi sendiri, mereka juga menjual hasil karya mereka kepada teman-teman mereka sendiri dan sebagian keuntungannya mereka sumbangkan ke Madrasah untuk menambah koleksi alat-alat laboratorium seperti gelas ukur dan alat peraga. Kiranya ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar