Praktek pembuatan sabun cuci di sekolah atau
madrasah bukanlah hal baru, hampir semua sekolah pernah mendemonstrasikannya
dalam rangka pembelajaran IPA. Sayangnya setelah praktek pembuatan sabun tersebut
acap kali para siswa tidak didukung untuk menjadikan hasil pembelajaran
tersebut sebagai upaya solusi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kenyataan ini mengundang
pemikiran para guru IPA di MTSN Lubuk Pakam untuk mengkombinasikan kegiatan
pembelajaran sekolah dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari di
rumah tangga dengan pembuatan sabun cuci secara berkelanjutan yang hasilnya
dibawa pulang dan dipakai rutin di rumah masing-masing, bahkan hasilnya juga
dijual kepada sesama siswa yang sebagian keuntungannya disumbangkan untuk
menambah koleksi alat-alat laboratorium IPA.
Seperti lirik lagu: “Bantu ibu mencuci piring,
menjaga adik, sapu halaman...”, muncullah program kegiatan terbaru dan unik di
MTSN Lubuk Pakam bernama : “Dengan Sucipir MTSN Lubuk Pakam Bantu Ibu Mencuci Piring”. Sucipir
adalah singkatan dari “sabun cuci piring” yang merupakan ide kreatif para guru
IPA dalam pemberian nama program ini. Hebatnya lagi, kegiatan ini telah
berlangsung sejak 5 tahun silam dengan hasil rata-rata sedikitnya 45 liter
perkelas setiap praktek per tahun. Khusus pada tahun 2012 ini para siswa di
laboratorium IPA telah menghasilkan 360
liter sucipir yang dikemas ke dalam 720 botol air minum
kemasan bekas dan sebagiannya sudah dipasarkan di kalangan warga MTSN Lubuk
Pakam. Dengan perbandingan Biaya pembuatan sekitar Rp 2.500,- untuk tiap liter
dengan harga produk bermerek di pasaran sekitar Rp 8.000,- per liter, program sucipir MTSN telah menghemat biaya belanja keluarga sebesar Rp 5.000,- setiap
liter.
Kegiatan ini diawali dengan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) IPA yang terdiri dari Ibu Lelis Sriwati S.Pd. sebagai guru
Fisika dan Ketua MGMP IPA, Ibu Terkelin Sembiring, S.Pd. sebagai guru Biologi,
Ibu Ratna Fadhilah, S.Pd. sebagai guru Biologi, Ibu Santi Ariana, S.Pd. sebagai
guru Fisika dan IPS sekaligus Kepala Lab. IPA, dan Ibu Sabariah, S.Pd. sebagai
guru Fisika dan sekaligus guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). mereka menganalisis
kurikulum dan materi pelajaran yang relevan dan saling berkaitan untuk kegiatan
pembelajaran ini dan menemukan bahwa materi ion, molekul, unsur, dan senyawa
pada pelajaran Fisika SMP/MTS dapat dikombinasikan dengan materi bahan kimia
dalam RT pada pelajaran Biologi kelas VIII. MGMP ini merupakan kegiatan
guru-guru mata pelajaran serumpun yang biasa rutin dilaksanakan sebulan sekali.
Sesuai hasil MGMP guru-guru IPA, sebelum
demonstrasi, para siswa terlebih dahulu menerima materi pelajaran di kelas oleh
guru mata pelajaran pada jam pelajaran masing-masing sesuai rentang waktu yang
disepakati. Setelah para siswa memahami masing-masing materi tersebut, pada
puncaknya mereka diarahkan untuk mengkombinasikan materi-materi pelajaran
tersebut dan diberi tugas secara berkelompok untuk mendemonstrasikan pembuatan
sabun cuci piring dan melakukan analisis pasar dan dampak lingkungan
(pencemaran) yang mungkin diakibatkannya. Mereka diminta menyiapkan bahan-bahan
berupa Texa 1 kg, NaCl 1 kg, Sls 0.5 kg, Pewarna Textil 10 gr, dan pewangi 5 ml
untuk bisa menghasilkan 15 liter sucipir bagi tiap-tiap kelompok. Para
siswa juga diminta menganalisis kebutuhan sabun cuci piring di rumah tangga dan
besar biaya yang dibutuhkan untuk membelinya di pasar dan dibandingkan dengan
besar biaya yang dibutuhkan jika sabun cuci piring tersebut dibuat sendiri. Mereka
juga diminta menyiapkan botol-botol air mineral bekas sebagai wadah sucipir,
sedangkan alat-alat praktek dapat menggunakan alat-alat yang tersedia di
laboratorium IPA.
Menurut pengakuan Ibu Dra. Mismah selaku Kepala Madrasah: “Pembelajaran
kombinatif seperti ini sangat relevan dengan program Pemerintah dalam
pembelajaran berkarakter dimana siswa dibimbing untuk menerapkan ilmunya dengan
turut membantu orang tua dalam penghematan pengeluaran keluarga melalui
pembuatan sucipir yang lebih ekonomis sekaligus peduli dengan lingkungan
dengan memanfaatkan barang-barang bekas.” Beliau juga mengatakan bahwa siswa
menjadi lebih kreatif, ekonomis dan berjiwa sosial karena selain mengkonsumsi
sendiri, mereka juga menjual hasil karya mereka kepada teman-teman mereka
sendiri dan sebagian keuntungannya mereka sumbangkan ke Madrasah untuk menambah
koleksi alat-alat laboratorium seperti gelas ukur dan alat peraga. Kiranya ini
dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar