Senin, 29 Oktober 2012

PERATURAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 178 TAHUN 2007 TANGGAL 22 MARET 2007

PERATURAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN  AGAMA
PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 178 TAHUN 2007
TANGGAL 22 MARET 2007
STANDAR KOMPENTENSI KELULUSAN (SKL)
UNTUK TSANAWIYAH DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH  KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA UTARA

1.   Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.
2.   Memahami kekurangan dan kelebihan diri-sendiri.
3.   Menunjukkan sikap percaya diri.
4.   Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.
5.   Menghargai keberagaman agama,budaya,suku,ras,dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.
6.   Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis,kritis,dan kreatif.
7.   Menunjukkan kemampuan berpikir logis,kritis,kreatif,dan inovatif.
8.   Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
9.   Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
10.Mendeskripsi gejala alam dan sosial.
11.Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
12.Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
13.Menghargai karya seni dan budaya nasional.
14.Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.
15.Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman,dan memanfaatkan waktu luang.
16.Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
17.Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan masyarakat.
18.Menghargai adanya perbedaan pendapat.
19.Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana
20.Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.
21.Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.
22.Meyakini, memahami, menjalankan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari serta menjadikan ajaran agama sebagai landasan prilaku dalam kehidupan sehari-hari.
23.Mampu membaca Qur’an secara tartil dengan tajwid.
24.Mampu menghafal Qur’an Juz Amma (Juz 30).
25.Mampu memimpin doa-doa khusus.
26.Membiasakan mengucapkan kalimah toyyibah dalam kehidupan sehari-hari.
27.Mampu azan dan iqomah.
28.Melaksanakan sholat berjamaah dan mampu menjadi iman sholat wajib.
29.Mampu melaksanakan dan menjadi imam sholat jenazah.
30.Mampu berpidato singkat serta dapat menjadi pembawa acara pada peringatan hari besar Islam dan peringatan-peringatan lainnya.
31.Khatam Quran minimal satu kali selama menjadi siswa Madrasah Tsanawiyah.
32.Mampu menghafal sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) buah hadis Rasulullah.
33.Berbusana muslim/muslimah di rumah tangga,madrasah dan masyarakat.
34.Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama. 
35.Menunjukkan keterampilan menyimak,berbicara,membaca,dan menulis dalam bahasa Arab sederhana

Makna Isi Lambang Ikhlas Beramal



MAKNA ISI LAMBANG

1.        Bintang bersudut lima yang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila, bermakna bahwa karyawan  Kementerian Agama selalu menaati dan menjunjung tinggi norma-norma agama dalam melaksanakan  tugas Pemerintahan dalam Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
2.      17 kuntum bunga kapas, 8 baris tulisan dalam Kitab Suci dan 45 butir padi bermakna Proklamasi Kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, menunjukkan kebulatan tekad para Karyawan Kementerian Agama untuk membela Kemerdekaan Negara Kesatuan republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
3.      Butiran Padi dan Kapas yang melingkar berbentuk bulatan bermakna bahwa Karyawan Kementerian Agama mengemban tugas untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan merata.
4.     Kitab Suci bermakna sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang serasi antara kebahagiaan duniawi dan ukhrawi,  materil  dan spirituil dengan ridha Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.
5.      Alas Kitab Suci bermakna bahwa pedoman hidup dan kehidupan harus ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan potensi dinamis dari Kitab Suci.
6.     Kalimat “Ikhlas Beramal” bermakna bahwa Karyawan Kementerian Agama dalam mengabdi kepada masyarakat dan Negara berlandaskan niat beribadah dengan tulus dan ikhlas.
7.      Perisai yang berbentuk segi lima sama sisi dimaksudkan bahwa kerukunan hidup antar umat beragama RI yang berdasarkan Pancasila dilindungi sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
  1. Kelengkapan makna  lambang Kementerian Agama melukiskan motto : Dengan Iman yang teguh dan hati yang suci serta menghayati dan mengamalkan Pancasila yang merupakan tuntutan dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, karyawan  Kementerian Agama bertekad bahwa mengabdi kepada Negara adalah ibadah.

Kamis, 25 Oktober 2012

PEMBINAAN KEPRIBADIAN GURU DAN PEGAWAI MTSN LUBUK PAKAM




KABID. MAPENDA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROP. SUMUT
MEMBUKA PROGRAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN
GURU DAN PEGAWAI MTSN LUBUK PAKAM
Selasa, 9 Oktober 2012 di Aula MTSN Lubuk Pakam

Dalam rangka menyukseskan program pendidikan berkarakter di sekolah dan madrasah, MTSN Lubuk Pakam melaksanakan program pembinaan kepribadian guru dan pegawai madrasah sejumlah 44 orang bekerja sama dengan Lembaga Psikologi Marsa Puntadewa. Program ini dibuka secara resmi oleh Kabid. Mapenda Kanwil Kementerian Agama Propinsi Sumatera Utara Bapak Drs. H. Yulizar, M.Ag. didampingi Kasi. Mapenda. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Deli Serdang Bapak H. Torang Rambe, M.A. dan Ibu Marlinda selaku Ketua Tim Psikolog Marsa Puntadewa beserta tim pada selasa 9 Oktober 2012 di Aula MTSN Lubuk Pakam Jl. Karya Agung Kompleks Perkantoran Pemkab Deli Serdang Lubuk Pakam. 
Pada pidato Pembukaan Bapak Yulizar mengatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru agar dapat dikatakan profesional sebagaimana dijelaskan beliau: “Yang pertama adalah kompetensi kepribadian yang harus mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi siswa. Yang kedua adalah kompetensi paedagogik, yaitu mampu memahami kesiapan belajar siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi hasil belajar, dan memaksimalkan pengembangan potensi siswa. Yang ketiga adalah kompetensi profesional, yaitu menguasai materi pelajaran secara luas dan dalam sesuai kurikulum, menguasai substansi keilmuan beserta struktur dan metodologinya. Sedangkan yang keempat adalah kompetensi sosial dimana seorang guru harus mampu berkomunikasi dan bergaul efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali siswa, bahkan dengan masyarakat sekitar. Program pembinaan kepribadian ini sangat relevan dalam meningkatkan keempat kompetensi tersebut”.
Kepala MTSN Lubuk Pakam Ibu Dra. Mismah menerangkan bahwa program ini adalah upaya untuk meningkatkan kinerja para guru dan pegawai di lingkungan MTSN Lubuk Pakam dalam rangka menindak-lanjuti evaluasi kecerdasan siswa. “Dengan mengikuti program pembinaan kepribadian ini, para guru akan lebih cerdas dalam keilmuan, menerima keadaan diri secara objektif,  mengerti kondisi psikologis rekan-rekan anak didiknya, serta mampu berkomunikasi yang lebih baik.” “Melalui program ini diharapkan guru-guru dapat meningkatkan kemampuannya dalam mendidik siswa untuk memiliki karakter keilmuan yang cerdas, karakter keislaman yang mantap, dan karakter kepribadian yang menawan sebagaimana yang diprogramkan Pemerintah sekarang ini. Program ini tentunya akan meningkatkan kualitas kepribadian dan etos kerja guru dan pegawai MTSN Lubuk Pakam dalam menjalankan tugas sehari-hari” tambah Beliau.
Menurut Ketua Tim Psikolog Marsa Puntadewa, Ibu Marlinda, Program ini akan dilaksanakan dalam tiga tahapan dalam waktu beberapa bulan. “Tahap pertama para peserta akan mengikuti tes psikologi (tertulis) yang memakan waktu sekitar tujuh jam. Tahap kedua adalah wawancara dan konsultasi kepribadian sebagai feed back hasil tes sebelumnya, dilakukan secara bergiliran dengan tetap menjaga privasi masing-masing peserta. Tahap terakhir adalah training kepribadian untuk memantapkan mental dan kepribadian peserta” tandas Beliau.
Menurut pengakuan salah seorang peserta bernama Bapak Mawardi, S.Pd. yang merupakan guru senior di MTSN Lubuk Pakam:” Saya rasa program ini sangat penting. Walaupun saya akan pensiun tahun depan, saya merasa perlu meningkatkan kualitas diri saya agar lebih baik dalam melaksanakan tugas dan lebih diterima dalam pergaulan baik di lingkungan tempat kerja maupun di masyarakat.” Ibu Nila, S.Pd. yang juga sebagai peserta berkomentar: “Kami mengikuti program ini secara sukarela dan dengan biaya yang kami tanggung masing-masing. Alhamdulillah pimpinan kami mengerti keadaan, kami pun disubsidi sampai sepertiganya.” Peserta lain bernama Ibu Siti Sarah Aini, S.Ag. mengungkapkan: “Ini adalah program yang sangat tepat untuk merapikan dan meningkatkan kualitas pribadi kami agar lebih maksimal mendidik siswa berkarakter dan mampu menjalin hubungan yang harmonis kepada siapa saja. Semoga program ini mendatangkan manfaat yang lebih besar kepada kita semua dan generasi penerus bangsa ke depan menjadi lebih berkualitas. Amin.”

By :     Edi Sundowo, MA ( Waka Humas MTsN Lubuk Pakam )
Ahmad Fauzi, S.Pd.i (Ka. Lab TIK & Fhotografer )
                                       

Dengan Sucipir MTSN LUBUK PAKAM “BANTU IBU MENCUCI PIRING”


Praktek pembuatan sabun cuci di sekolah atau madrasah bukanlah hal baru, hampir semua sekolah pernah mendemonstrasikannya dalam rangka pembelajaran IPA. Sayangnya setelah praktek pembuatan sabun tersebut acap kali para siswa tidak didukung untuk menjadikan hasil pembelajaran tersebut sebagai upaya solusi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kenyataan ini mengundang pemikiran para guru IPA di MTSN Lubuk Pakam untuk mengkombinasikan kegiatan pembelajaran sekolah dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari di rumah tangga dengan pembuatan sabun cuci secara berkelanjutan yang hasilnya dibawa pulang dan dipakai rutin di rumah masing-masing, bahkan hasilnya juga dijual kepada sesama siswa yang sebagian keuntungannya disumbangkan untuk menambah koleksi alat-alat laboratorium IPA.
Seperti lirik lagu: “Bantu ibu mencuci piring, menjaga adik, sapu halaman...”, muncullah program kegiatan terbaru dan unik di MTSN Lubuk Pakam bernama : “Dengan Sucipir MTSN Lubuk Pakam  Bantu Ibu Mencuci Piring”. Sucipir adalah singkatan dari “sabun cuci piring” yang merupakan ide kreatif para guru IPA dalam pemberian nama program ini. Hebatnya lagi, kegiatan ini telah berlangsung sejak 5 tahun silam dengan hasil rata-rata sedikitnya 45 liter perkelas setiap praktek per tahun. Khusus pada tahun 2012 ini para siswa di laboratorium IPA telah menghasilkan 360 liter sucipir yang dikemas ke dalam 720 botol air minum kemasan bekas dan sebagiannya sudah dipasarkan di kalangan warga MTSN Lubuk Pakam. Dengan perbandingan Biaya pembuatan sekitar Rp 2.500,- untuk tiap liter dengan harga produk bermerek di pasaran sekitar Rp 8.000,- per liter, program sucipir MTSN telah menghemat biaya belanja keluarga sebesar Rp 5.000,- setiap liter.
Kegiatan ini diawali dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA yang terdiri dari Ibu Lelis Sriwati S.Pd. sebagai guru Fisika dan Ketua MGMP IPA, Ibu Terkelin Sembiring, S.Pd. sebagai guru Biologi, Ibu Ratna Fadhilah, S.Pd. sebagai guru Biologi, Ibu Santi Ariana, S.Pd. sebagai guru Fisika dan IPS sekaligus Kepala Lab. IPA, dan Ibu Sabariah, S.Pd. sebagai guru Fisika dan sekaligus guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). mereka menganalisis kurikulum dan materi pelajaran yang relevan dan saling berkaitan untuk kegiatan pembelajaran ini dan menemukan bahwa materi ion, molekul, unsur, dan senyawa pada pelajaran Fisika SMP/MTS dapat dikombinasikan dengan materi bahan kimia dalam RT pada pelajaran Biologi kelas VIII. MGMP ini merupakan kegiatan guru-guru mata pelajaran serumpun yang biasa rutin dilaksanakan sebulan sekali.
Sesuai hasil MGMP guru-guru IPA, sebelum demonstrasi, para siswa terlebih dahulu menerima materi pelajaran di kelas oleh guru mata pelajaran pada jam pelajaran masing-masing sesuai rentang waktu yang disepakati. Setelah para siswa memahami masing-masing materi tersebut, pada puncaknya mereka diarahkan untuk mengkombinasikan materi-materi pelajaran tersebut dan diberi tugas secara berkelompok untuk mendemonstrasikan pembuatan sabun cuci piring dan melakukan analisis pasar dan dampak lingkungan (pencemaran) yang mungkin diakibatkannya. Mereka diminta menyiapkan bahan-bahan berupa Texa 1 kg, NaCl 1 kg, Sls 0.5 kg, Pewarna Textil 10 gr, dan pewangi 5 ml untuk bisa menghasilkan 15 liter sucipir bagi tiap-tiap kelompok. Para siswa juga diminta menganalisis kebutuhan sabun cuci piring di rumah tangga dan besar biaya yang dibutuhkan untuk membelinya di pasar dan dibandingkan dengan besar biaya yang dibutuhkan jika sabun cuci piring tersebut dibuat sendiri. Mereka juga diminta menyiapkan botol-botol air mineral bekas sebagai wadah sucipir, sedangkan alat-alat praktek dapat menggunakan alat-alat yang tersedia di laboratorium IPA.
Menurut pengakuan Ibu Dra. Mismah selaku Kepala Madrasah: “Pembelajaran kombinatif seperti ini sangat relevan dengan program Pemerintah dalam pembelajaran berkarakter dimana siswa dibimbing untuk menerapkan ilmunya dengan turut membantu orang tua dalam penghematan pengeluaran keluarga melalui pembuatan sucipir yang lebih ekonomis sekaligus peduli dengan lingkungan dengan memanfaatkan barang-barang bekas.” Beliau juga mengatakan bahwa siswa menjadi lebih kreatif, ekonomis dan berjiwa sosial karena selain mengkonsumsi sendiri, mereka juga menjual hasil karya mereka kepada teman-teman mereka sendiri dan sebagian keuntungannya mereka sumbangkan ke Madrasah untuk menambah koleksi alat-alat laboratorium seperti gelas ukur dan alat peraga. Kiranya ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.